Tampilkan postingan dengan label harmoni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label harmoni. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Mei 2019

YANG DULU... YANG KEMARIN LALU... YANG (TAK) PERNAH TERLUPAKAN.....


(kenangan manis mesti berlalu - bagian ke dua)

sesaat dulu.....

nan mengalirkan elok rerona,
pada segores sebersit pesona,
yang...sepertinya pernah terlupakan.

sesaat kemarin lalu.....

nan menjalinkan bulir-bulir memori,
pada sesosok serenada harmoni,
yang....sepertinya tak pernah terlupakan,

selewat seucap lembut nadamu....
walau itu bukan sonata untukku,
selewat sebening sudut matamu....
walau terhalang bayang kacamatamu,

hingga......

tak sadar menggambar seberkas sisa kenangan,
tak tahan menangkap sebayang puing harapan,
tak segan mencuri sekejap desir tatapan.


-- nnm --

Sabtu, 16 Desember 2017

TENTANG PERSAHABATAN

(mengapa kemudian banyak yang berubah menjadi
lebih dari persahabatan)

manakala….
sorot mata berbinar merenda,
seakan berkata......
bahwa hati ini kan merindu harmoni.

manakala....
cerah senyum berpendar menjelma,
seakan menyapa.....
bahwa hari ini kan mematri janji.

padahal.....
sebersitpun tak boleh menyirati,
dengan percikan sejuknya embun berpelangi.

padahal....
sedetikpun tak hendak menghiasi,
dengan pahatan indahnya dambaan mahligai.

sedangkan...... tak sanggup dihindari.........

daun-daun telah bertaburan
menebar – menutup bangku di taman,

sedangkan .....tak mampu diingkari.......

walau sebatas hanya dalam mimpi.......
inginku.......
ikat gerai lembut rambutmu... dengan...
        saputangan harapan,
inginku.......
lempar hening air kolam ... dengan...
         bebatuan kenangan.

-------nn ------

Senin, 06 November 2017

BUKANKAH BULAN TAK PERNAH BERJANJI


entah keberapakah musimnya…
dan masih mencoba memadu menyapa…
sedangkan tangan hanya bisa menulis kata,
sedangkan hati hanya bisa melukis wewarna,

bukankah bulan tak pernah berjanji,
bahwa ia kan selalu berpendar,
melainkan semata hendak menyebar keharmonian,

bukankah bintang tak pernah berjanji,
bahwa ia kan selalu berpijar,
melainkan semata hendak menebar keceriaan,

ah… hingga rasanya…

ingin menjumput seujung senyummu,
yang menoreh pada selayar memaya,
ingin menangkup sebersit tatapmu,
yang menggores pada segambar rerasa,

biar tak lagi ada…

rindu yang tersamar suka,
cinta yang terpenjara masa,

dan yang tak putus dirudung malam,

dan yang tak pupus di  kenangan silam.


Senin, 11 April 2016

ANDAI........KAN...... (bagian pertama)



tak ada lagi ‘kata’ diungkapkan,
tak perlu lagi ‘nada’ diiramakan,

‘tuk jelaskan…..mengapa ia………

sosok gambarnya menebarkan nyanyi,
sorot tatapnya memendarkan harmoni,
samar bayangnya memancarkan memori,
suara ucapnya memaparkan puisi,

ah….andai....kan mewujud nyata…..

dapat menjumput sepenggal sejuk senyum-mu,
maka– kan ku-tambat lekat pada ruang rinduku;

andai....kan…..

dapat membaur menjadi langit ‘kota’-mu,
maka– kan ku-naungi gemulai lambai hijabmu;

andai....kan…..

dapat melebur sebagai air ‘sungai-musi’-mu,
maka– kan ku-aliri gerak jejak langkahmu;


= untuk memenuhi permintaan seseorang di palembang

Senin, 08 Februari 2016

MENJEMPUT HARAPAN




- catatan seorang isteri untuk suaminya –
 (yang diekspresikan pada hari ulangtahun perkawinan)

mengurai lembaran hari berlalu
dalam suam hangat pagi berpadu
dalam lembut dingin malam beradu
dalam kenyataan dan harapan menyatu

seperti…..terbuka kembali,
ruang-ruang waktu - dulu, kemarin dan kini,
detik-detik hari telah bergilir sebanyak kali,
detak-detak hati telah bertabur selaksa arti,
kemudian kan meniti – menggapai,

saat siang tegar menerang….
saat separo-bulan menghias petang....
saat kabut temaram segalah pandang…..
saat setapak-jalan menanjak membentang…..

saat desir suara mengalir menjalarkan irama
saat tersirat memancar bias rona purnama
saat cahaya semburat menembus pintu sukma
saat buai hasrat dambaan nyata

yang kini kemudian…. seakan membawa terbang
meraih - menjemput – mewujud harapan kan-menjelang

karena….. …

bahwa kini memang tak lagi di peraduan sendiri
bahwa kini memang telah selayar mengarungi
pada setiap tepi – setiap pantai

pada setiap detik – setiap waktu,
pada setiap langkah – setiap merindu,
nan seperti takhenti ku-berpaut-kan -
tak surut ku-bergayut –kan,
pada yang disampingku,

karena….
ini memang bukan impian semata,
ini memang pahatan untaian nyata,
yang luruh bersama kebeningan air mata bahagia,
yang larut bersama kejernihan siraman haru jiwa.

hingga…
aku tertunduk dalam permunajatan...

ya…Yang Kuasa…
jadikan setiap peluh kami - sebagai bangunan berhiaskan ke-hikmah-an
jadikan setiap saat kami - sebagai suratan bertaburkan ke-barakah-an.