Tampilkan postingan dengan label pasuruan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pasuruan. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 November 2017

BUKANKAH BULAN TAK PERNAH BERJANJI


entah keberapakah musimnya…
dan masih mencoba memadu menyapa…
sedangkan tangan hanya bisa menulis kata,
sedangkan hati hanya bisa melukis wewarna,

bukankah bulan tak pernah berjanji,
bahwa ia kan selalu berpendar,
melainkan semata hendak menyebar keharmonian,

bukankah bintang tak pernah berjanji,
bahwa ia kan selalu berpijar,
melainkan semata hendak menebar keceriaan,

ah… hingga rasanya…

ingin menjumput seujung senyummu,
yang menoreh pada selayar memaya,
ingin menangkup sebersit tatapmu,
yang menggores pada segambar rerasa,

biar tak lagi ada…

rindu yang tersamar suka,
cinta yang terpenjara masa,

dan yang tak putus dirudung malam,

dan yang tak pupus di  kenangan silam.


Rabu, 28 Juni 2017

SEPOTONG NAMA


( sepotong nama...yang aku lupa – datang dari mana ?
sepotong nama ...itu punyamu- kah? )

yang kemudian ...
menggulir – melaju, menggulung rerasa,
menderu – menerpa, memendarkan romansa.

hingga kemudian ...
terpana tanpa daya,
pada kebeningan kerlip sesinar tatapan,
pada kesejukan percik sebersit senyuman.

ahh ... ternyata ...
tak ada batas antara maya dan nyata,
tak ada ruas antara sapa dan pesona,
melainkan hanya segaris semu belaka.

hingga akhirnya ...
biarkan hati yang mengurai makna,
tentang sosok nun... disana,

tentang sepotong nama ...






Senin, 02 Mei 2016

SEKALI DISINI, SESUDAH ITU BERARTI




" catatan seorang murid laki-laki, yang diekspresikan setelah mengikuti Ujian Akhir Sekolah"

hari ini,
sepertinya ada perputaran tertayangkan kembali,
sepertinya ada lembar-lembar buku terbuka kembali,
tentang sebagian perjalanan yang telah terlewati,

disini, ............ di kelas ini .............
masih ada potongan kertas-kertas berserakan,
masih ada coretan pena di bebangkuan,
masih ada cetakan debu bekas telapak tangan,

semuanya seakan...............

telah menjadi indahnya pahatan,
yang mengukirkan nama-nama guru dan teman,
yang kini telah berjalin dalam persaudaraan,
yang kini telah berpadu dalam pertautan,

disini,........... di kelas ini .....................

kini seakan berkalang sunyi,
ditemani jarum jam dalam detakan,
diiringi gemulai gesekan dedaunan,
kini seakan berbisik bahwa sebagian tahapan telah terlewati,

padahal,.........kemarin..............

hitungan hari –
sepertinya adalah sejumlah rerintik hujan pagi merinai,
hitungan waktu –
sepertinya adalah sejumlah tebaran ratna gemintang beradu malu

di ingatan ..... masih tergambarkan......
di pendengaran ...... masih terngiangkan....

canda, ceria, tawa - teman di kala suka,
sendu, galau, haru - teman di kala duka,

juga.........
ucap kata guru nan meneduhkan,
tatap mata guru nan meluluhkan,
usap tangan guru nan menyejukkan,

setelah ini - kemudian....

sepertinya aku akan merasakan kerinduan,…….
pada,…. sorot sejuk-lembut tatap di balik kacamata,
atau irama gerak tangan di papan bak merangkai nada,
yang memendar dari sosok sang ibu guru pujaan……… .

sepertinya aku akan merasakan kerinduan,…….
gema desah teman dalam kesal karena godaan,
lemparan permen pada teman putri di depan,
gurau polos dan celotehan,
hangat - manisnya suasana pembelajaran,


setelah ini kemudian …………..

jangan menjadi suatu kesia-siaan,
kalau hanya sebagai sebatas kenangan, yang hanya sesaat berhampiran,
atau hanya menambah kerutinan yang menyesakkan
atau hanya akan melahirkan kelelahan,
padahal itu berarti adalah suatu kerugian.

setelah kini, esok kemudian ……..

hanya diri yang tentukan sendiri
apakah akan memancarkan arti
apakah akan menaburkan nilai
apakah akan mewujudkan janji negara bakti.

sekali disini, mestinya sesudah itu berarti,

dan..... ..tinggal diri sendiri yang tentukan harapan,
tinggal diri sendiri yang tentukan langkah pijakan,
tinggal diri sendiri yang tentukan pemaknaan.

sekali disini, sesudah itu berarti

---------