Tampilkan postingan dengan label rahmat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rahmat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Mei 2016

IZINKAN AKU HADIR





- renungan / pengharapan menjelang ramadhan -

dalam keheningan malam bertabur gemintang
kan memendarkan getar - renung jiwa,

dalam kebeningan pagi berhias mentari membayang
kan menyemburatkan serpih - relung rasa,

di saat esok akan menjelang
di saat hati mendamba menjulang
membaur dalam gemuruh irama nada sukma
mengharap merindu janji rahmat Sang Maha Kuasa

hingga....
kemudian aku tertunduk dalam kepasrahan..
hingga....
kemudian aku tengadah dalam pengharapan..

ya Tuhanku……
izinkan aku……

‘tuk sesaat hadir di undangan -Mu
‘tuk sekedar hirup wangi hidangan-Mu
‘tuk sekejap reguk sejuk embun lailatul-qadar-Mu

ya Tuhanku…..
ampuni aku……

karena …….
kuhadir dengan kusam baju
yang telah kotor bertorehkan noda lalaiku

karena ........
kudatang dengan langkah badan tertatih ragu
yang telah sarat berbebankan dosa alpaku

ya Tuhanku……
sampai-kan umurku hingga hari perjamuan-Mu
agar aku dapat menjenguk di pintu ramadhan-Mu

Selasa, 22 Desember 2015

RINDU RASUL (bagian ke dua)




seperti...... terbuka kembali,
lembar-lembar masa, dulu, kemarin, kini,

semak- demi semak tersibakkkan,
detak-demi detak terlewatkan,
meniti merayap pada ruas lembar suratan,
saat siang tegar menerang berjalan,
saat petang melabuh merayap menyembulkan bulan,
saat kabut temaram sepanjang pandang,
saat jalan curam dan menanjak membentang,

senantiasa ku-menunggu,
suara ketukan di pintu iman malamku,
yang kan menjadi getar debar jiwa merindu,
pada Rasul junjunganku,

sang penebar rahmat nan tak berbatas jaman,
sang pembawa kasih nan tak pernah bertepuk sebelah tangan,

tapi... aku malu padamu, ya Rasul junjunganku,

gemerlap sekelilingku, seakan menjauhkanku dari sunnahmu,
jejak langkah kakiku, seakan tertatih mengikuti uswahmu,

aku rindu padamu, ya Rasul junjunganku,

dengan segenap setumpah sepenuh hati.

seolah mungkin seperti,
gelegak jiwa saat senantiasa mengharap barakah,
seolah mungkin seperti,
gejolak rindu-hati siti hawa saat di jabal rahmah.

RINDU RASUL (bagian ke satu)




ketika …..
beratus juta buih bersebaran
diantara gelutan gelombang hidup bergulungan,

ketika …..
berpuluh juta barisan berberaian
diantara bangunan dan kendaraan ber-lalulalang-an,

hingga …..
terjungkal jalan-ku menapaki jejakmu,
tersengal daya-ku mengikuti keteladananmu,
terlena gerak-ku menjalani sunnahmu.

hingga …..
s’makin menggelorakan rindu-kupadamu,
ya…. Mustafa Rasul junjunganku,
walau jauh terpisah jarak dan waktu,

s’makin membara pada setiap ruang hati,
s’makin menjalar pada setiap luang pori.

padahal …..
sepertinya tak cukup bukti,
 ‘tuk tandakan cintaku padamu,
padahal......
sepertinya tak cukup saksi,
‘tuk kabarkan kasihku padamu.

hingga …..
ingin-ku selalu menemu
harmoni nada gemericik air wudhu
berbaur dengan irama bijih-bijih tasbih beradu,
sebagai bekal pembasuh sejuk jiwaku
kala bergabung menyatu dalam barisanmu

Senin, 23 November 2015

SAKSI CINTA





(seperti dikisahkan dalam buku: Rindu Rasul)

Tentang seorang wanita setengah baya – penjual di pasar – di salah satu kota di JawaTimur. Setelah berjualan di pasar, menjelang dhuhur, ia pergi menuju ke masjid jami’ . Sebelum shalat dhuhur, dipungutinya daun-daun berserakan di halaman masjid, satu demi satu. Demikian hal ini berlangsung setiap hari, sehingga para jamaah yang melihat merasa kasihan. Diusulkanlah oleh para jamaah kepada takmir masjid agar takmir menyapu terlebih dahulu sebelum wanita penjual itu datang.

Pada hari pertama dimulainya daun-daun disapu oleh takmir masjid, begitu datang di masjid, wanita penjual mendapati halaman telah bersih, nampak raut muka-nya kecewa. Setelah tiga hari berturut-turut mendapati daun-daun telah bersih karena sudah disapu takmir, maka menangislah wanita tersebut. Bahkan saat wudhu dan shalat dhuhur pun dikerjakan masih sambil menangis. Akhirnya takmir menjelaskan kepada wanita tersebut, bahwa karena orang-orang kasihan maka disapulah terlebih dahulu halaman masjid. Wanita tersebut, masih dengan menangis menjawab (dalam bahasa daerah), ”Apabila kasihan padaku, biarkanlah daun-daun itu aku yang memungutinya.

Selanjutnya dibiarkanlah kembali daun-daun berserakan dan kembali setiap menjelang dhuhur akan terlihat seorang wanita setengah baya yang memunguti daun-daun satu persatu di halaman masjid jami’.

Kisah ini kemudian sampai terdengar oleh Kyai Zawawi Imran (seorang ulama), kemudian suatu hari ditanyalah wanita tersebut oleh Kyai Zawawi. Wanita tersebut menjawab (dalam bahasa daerah),”Pak Kyai, saya ini seorang yang miskin dan bodoh, saya merasa kalau amalan-amalan saya tidak banyak. Juga mungkin shalat dan amalan saya belum tentu benar. Saya tidak mungkin selamat di akherat nanti, tanpa pertolongan Kanjeng Nabi Muhammad. Untuk itulah, setiap kali saya memungut satu daun, saya mengucapkan shalawat untuk Kanjeng Nabi, saya ingin nanti di akherat daun-daun bersaksi bahwa saya mencintai Kanjeng Nabi, sehingga Kanjeng Nabi akan menjemputku”. Demikian jawaban wanita sederhana setengah baya,sambil meneteskan air mata. Tak terasa, sang Kyai-pun meneteskan air mata terharu.......

Ada pelajaran penting dari kisah tadi:

Bahwa kecintaan kepada Rasulullah saw diwujudkan / diungkapkan oleh seorang yang sederhana dalam bukti bentuk yang tulus dan konkret.
Bagaimana dengan kita...apakah wujud kecintaan kita kepada Rasulullaah saw.?

Menunjukkan sikap kerendahan hati(tawadhu’) dihadapan Allaah swt, sehingga seorang hamba sangat tergantung pada rahmat Allah swt.

Dan bahwa siapa lagi yang dapat menjadi rahmat Allaah bagi semuanya, selain Rasulullah saw. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS An-Anbiya 107) 

Dan bukankah para pecinta Rasulullaah kelak akan dikumpulkan bersama dengan orang yang dicintainya.