(seperti dikisahkan dalam buku: Rindu Rasul)
Tentang seorang
wanita setengah baya – penjual di pasar – di salah satu kota di JawaTimur.
Setelah berjualan di pasar, menjelang dhuhur, ia pergi menuju ke masjid jami’ .
Sebelum shalat dhuhur, dipungutinya daun-daun berserakan di halaman masjid,
satu demi satu. Demikian hal ini berlangsung setiap hari, sehingga para jamaah
yang melihat merasa kasihan. Diusulkanlah oleh para jamaah kepada takmir masjid
agar takmir menyapu terlebih dahulu sebelum wanita penjual itu datang.
Pada hari
pertama dimulainya daun-daun disapu oleh takmir masjid, begitu datang di
masjid, wanita penjual mendapati halaman telah bersih, nampak raut muka-nya
kecewa. Setelah tiga hari berturut-turut mendapati daun-daun telah bersih
karena sudah disapu takmir, maka menangislah wanita tersebut. Bahkan saat wudhu
dan shalat dhuhur pun dikerjakan masih sambil menangis. Akhirnya takmir
menjelaskan kepada wanita tersebut, bahwa karena orang-orang kasihan maka
disapulah terlebih dahulu halaman masjid. Wanita tersebut, masih dengan
menangis menjawab (dalam bahasa daerah), ”Apabila kasihan padaku, biarkanlah
daun-daun itu aku yang memungutinya.
Selanjutnya
dibiarkanlah kembali daun-daun berserakan dan kembali setiap menjelang dhuhur
akan terlihat seorang wanita setengah baya yang memunguti daun-daun satu
persatu di halaman masjid jami’.
Kisah ini
kemudian sampai terdengar oleh Kyai Zawawi Imran (seorang ulama), kemudian
suatu hari ditanyalah wanita tersebut oleh Kyai Zawawi. Wanita tersebut
menjawab (dalam bahasa daerah),”Pak Kyai, saya ini seorang yang miskin dan
bodoh, saya merasa kalau amalan-amalan saya tidak banyak. Juga mungkin shalat
dan amalan saya belum tentu benar. Saya tidak mungkin selamat di akherat nanti,
tanpa pertolongan Kanjeng Nabi Muhammad. Untuk itulah, setiap kali saya
memungut satu daun, saya mengucapkan shalawat untuk Kanjeng Nabi, saya ingin
nanti di akherat daun-daun bersaksi bahwa saya mencintai Kanjeng Nabi, sehingga
Kanjeng Nabi akan menjemputku”. Demikian jawaban wanita sederhana setengah
baya,sambil meneteskan air mata. Tak terasa, sang Kyai-pun meneteskan air mata
terharu.......
Ada
pelajaran penting dari kisah tadi:
Bahwa kecintaan
kepada Rasulullah saw diwujudkan / diungkapkan oleh seorang yang sederhana dalam
bukti bentuk yang tulus dan konkret.
Bagaimana
dengan kita...apakah wujud kecintaan kita kepada Rasulullaah saw.?
Menunjukkan
sikap kerendahan hati(tawadhu’) dihadapan Allaah swt, sehingga seorang hamba
sangat tergantung pada rahmat Allah swt.
Dan bahwa siapa
lagi yang dapat menjadi rahmat Allaah bagi semuanya, selain Rasulullah saw. “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam
(QS An-Anbiya 107)
Dan bukankah
para pecinta Rasulullaah kelak akan dikumpulkan bersama dengan orang yang
dicintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar