Senin, 23 November 2015

SAKSI CINTA





(seperti dikisahkan dalam buku: Rindu Rasul)

Tentang seorang wanita setengah baya – penjual di pasar – di salah satu kota di JawaTimur. Setelah berjualan di pasar, menjelang dhuhur, ia pergi menuju ke masjid jami’ . Sebelum shalat dhuhur, dipungutinya daun-daun berserakan di halaman masjid, satu demi satu. Demikian hal ini berlangsung setiap hari, sehingga para jamaah yang melihat merasa kasihan. Diusulkanlah oleh para jamaah kepada takmir masjid agar takmir menyapu terlebih dahulu sebelum wanita penjual itu datang.

Pada hari pertama dimulainya daun-daun disapu oleh takmir masjid, begitu datang di masjid, wanita penjual mendapati halaman telah bersih, nampak raut muka-nya kecewa. Setelah tiga hari berturut-turut mendapati daun-daun telah bersih karena sudah disapu takmir, maka menangislah wanita tersebut. Bahkan saat wudhu dan shalat dhuhur pun dikerjakan masih sambil menangis. Akhirnya takmir menjelaskan kepada wanita tersebut, bahwa karena orang-orang kasihan maka disapulah terlebih dahulu halaman masjid. Wanita tersebut, masih dengan menangis menjawab (dalam bahasa daerah), ”Apabila kasihan padaku, biarkanlah daun-daun itu aku yang memungutinya.

Selanjutnya dibiarkanlah kembali daun-daun berserakan dan kembali setiap menjelang dhuhur akan terlihat seorang wanita setengah baya yang memunguti daun-daun satu persatu di halaman masjid jami’.

Kisah ini kemudian sampai terdengar oleh Kyai Zawawi Imran (seorang ulama), kemudian suatu hari ditanyalah wanita tersebut oleh Kyai Zawawi. Wanita tersebut menjawab (dalam bahasa daerah),”Pak Kyai, saya ini seorang yang miskin dan bodoh, saya merasa kalau amalan-amalan saya tidak banyak. Juga mungkin shalat dan amalan saya belum tentu benar. Saya tidak mungkin selamat di akherat nanti, tanpa pertolongan Kanjeng Nabi Muhammad. Untuk itulah, setiap kali saya memungut satu daun, saya mengucapkan shalawat untuk Kanjeng Nabi, saya ingin nanti di akherat daun-daun bersaksi bahwa saya mencintai Kanjeng Nabi, sehingga Kanjeng Nabi akan menjemputku”. Demikian jawaban wanita sederhana setengah baya,sambil meneteskan air mata. Tak terasa, sang Kyai-pun meneteskan air mata terharu.......

Ada pelajaran penting dari kisah tadi:

Bahwa kecintaan kepada Rasulullah saw diwujudkan / diungkapkan oleh seorang yang sederhana dalam bukti bentuk yang tulus dan konkret.
Bagaimana dengan kita...apakah wujud kecintaan kita kepada Rasulullaah saw.?

Menunjukkan sikap kerendahan hati(tawadhu’) dihadapan Allaah swt, sehingga seorang hamba sangat tergantung pada rahmat Allah swt.

Dan bahwa siapa lagi yang dapat menjadi rahmat Allaah bagi semuanya, selain Rasulullah saw. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS An-Anbiya 107) 

Dan bukankah para pecinta Rasulullaah kelak akan dikumpulkan bersama dengan orang yang dicintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar