Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Februari 2020

(BUKAN) HANYA RINDU




bayang senyummu ...
seperti  mengeja hari hari berlalu,
nada kata mu ...
seperti mengurai  pendaman waktu,

berapa kali lagi harus menunggu berganti bulan dan mentari,
berapa untai lagi harus memahat memateri hiasan dan memori,

ini (bukan) hanya rindu...
yang menyenandung,
menggunung ,
yang menjulang,
menjelang,

ini (bukan) hanya rindu....
yang mengharap  bersua menemu,
yang menyergap berderap menderu

jika tlah tak mungkin hati mengelakkan,
jika tlah tak mungkin diri menahankan,
seperti yang dulu pernah menyapa mengharapkan.


= untuk memenuhi permintaan sesosok teman =

Minggu, 20 Oktober 2019

KAMU - AKU - KITA


kamu….
benarkah namamu pernah melintaskan
sonata senada rindu

kamu….
bernarkah namamu pernah menyiratkan
segurat segores sipu

seperti…. serintik bening embun,
menggulir lembut - di pucuk daun,

seperti…. setitik lintang pualam,
membinar pijar di beranda malam.

juga aku….

benarkah  pernah merenda namamu,
pada dahan pepohonan menjuntai,

benarkah pernah mengeja namamu,
pada untai gurindam ruang hati,

jangan-jangan  iya…..
dan itu berarti telah membaur menjadi “kita”,
dan itu berarti telah menabur  hiasan rasa,

jangan-jangan iya….
dan bahkan hingga kinipun masih dalam tanya.


-untuk memenuhi permintaan seorang sahabat-



Senin, 06 November 2017

BUKANKAH BULAN TAK PERNAH BERJANJI


entah keberapakah musimnya…
dan masih mencoba memadu menyapa…
sedangkan tangan hanya bisa menulis kata,
sedangkan hati hanya bisa melukis wewarna,

bukankah bulan tak pernah berjanji,
bahwa ia kan selalu berpendar,
melainkan semata hendak menyebar keharmonian,

bukankah bintang tak pernah berjanji,
bahwa ia kan selalu berpijar,
melainkan semata hendak menebar keceriaan,

ah… hingga rasanya…

ingin menjumput seujung senyummu,
yang menoreh pada selayar memaya,
ingin menangkup sebersit tatapmu,
yang menggores pada segambar rerasa,

biar tak lagi ada…

rindu yang tersamar suka,
cinta yang terpenjara masa,

dan yang tak putus dirudung malam,

dan yang tak pupus di  kenangan silam.


Senin, 21 November 2016

TAKKAN PERNAH BERTEPUK SEBELAH TANGAN





(Pengharapan Wanita) - edisi Maulid Nabi -

kala dulu….…..
masih ada tangan diusapkan ibu
yang kan menawarkan pilu,

kala dulu.....
masih ada cerita dituturkan ibu
yang kan mewarnakan kalbu,

kala dulu.......
masih ada senyum ditorehkan ibu
yang kan meluruhkan ragu

‘tuk bekalku - bangunkan harapan
‘tuk bawaku - sertakan perjalanan

kala kini…..sepertinya…..
kehidupan dewasa tak seramah gambaran dulu
kenyataan dewasa tak senyaman dambaan dulu

padahal….
jalan panjang kan masih terhampar dalam penantian,
rentang peran kan masih terbentang untuk penitian

ya….Tuhan Yang Maha Perencana ……..

aku rindu pada Rasul kekasih-Mu,
Sang penebar kesejukkan di sepanjang bentang jaman
Sang penolong pemberi cinta tak pernah bertepuk sebelah tangan

ya….Tuhan Yang Maha Kuasa……

hanya pada-Mu aku kan-rebah sandarkan
hanya bagi-Mu aku kan-sembah sujudkan

ya... Tuhan  Yang Maha Pengabul do’a .....

pahatkan pada jiwaku –
ketegaran dan ketulusan seperti Khodijah

tanamkan pada pikirku –
kecerdasan dan kelembutan seperti A’isyah

percikkan pada hatiku –
ke-zuhud-an dan keihklasan seperti Fatimah

‘tuk bekalku – bangunkan,
 keindahan akhlak ihsani

‘tuk bawaku – sertakan,
keelokan hiasan qur’ani

semata……
agar kudapatkan balas kasih Rasul junjunganku
agar kelak aku tak lagi malu
saat kuketuk pintu syurga-Mu

Senin, 02 Mei 2016

SEKALI DISINI, SESUDAH ITU BERARTI




" catatan seorang murid laki-laki, yang diekspresikan setelah mengikuti Ujian Akhir Sekolah"

hari ini,
sepertinya ada perputaran tertayangkan kembali,
sepertinya ada lembar-lembar buku terbuka kembali,
tentang sebagian perjalanan yang telah terlewati,

disini, ............ di kelas ini .............
masih ada potongan kertas-kertas berserakan,
masih ada coretan pena di bebangkuan,
masih ada cetakan debu bekas telapak tangan,

semuanya seakan...............

telah menjadi indahnya pahatan,
yang mengukirkan nama-nama guru dan teman,
yang kini telah berjalin dalam persaudaraan,
yang kini telah berpadu dalam pertautan,

disini,........... di kelas ini .....................

kini seakan berkalang sunyi,
ditemani jarum jam dalam detakan,
diiringi gemulai gesekan dedaunan,
kini seakan berbisik bahwa sebagian tahapan telah terlewati,

padahal,.........kemarin..............

hitungan hari –
sepertinya adalah sejumlah rerintik hujan pagi merinai,
hitungan waktu –
sepertinya adalah sejumlah tebaran ratna gemintang beradu malu

di ingatan ..... masih tergambarkan......
di pendengaran ...... masih terngiangkan....

canda, ceria, tawa - teman di kala suka,
sendu, galau, haru - teman di kala duka,

juga.........
ucap kata guru nan meneduhkan,
tatap mata guru nan meluluhkan,
usap tangan guru nan menyejukkan,

setelah ini - kemudian....

sepertinya aku akan merasakan kerinduan,…….
pada,…. sorot sejuk-lembut tatap di balik kacamata,
atau irama gerak tangan di papan bak merangkai nada,
yang memendar dari sosok sang ibu guru pujaan……… .

sepertinya aku akan merasakan kerinduan,…….
gema desah teman dalam kesal karena godaan,
lemparan permen pada teman putri di depan,
gurau polos dan celotehan,
hangat - manisnya suasana pembelajaran,


setelah ini kemudian …………..

jangan menjadi suatu kesia-siaan,
kalau hanya sebagai sebatas kenangan, yang hanya sesaat berhampiran,
atau hanya menambah kerutinan yang menyesakkan
atau hanya akan melahirkan kelelahan,
padahal itu berarti adalah suatu kerugian.

setelah kini, esok kemudian ……..

hanya diri yang tentukan sendiri
apakah akan memancarkan arti
apakah akan menaburkan nilai
apakah akan mewujudkan janji negara bakti.

sekali disini, mestinya sesudah itu berarti,

dan..... ..tinggal diri sendiri yang tentukan harapan,
tinggal diri sendiri yang tentukan langkah pijakan,
tinggal diri sendiri yang tentukan pemaknaan.

sekali disini, sesudah itu berarti

---------


Senin, 11 April 2016

ANDAIKAN (bagian kedua)

sesaat itu.....sepertinya.....
telah mengguyurkan terpaan deras hujan,
pada hijaunya hamparan rerumputan,

sesosok itu.....sepertinya.....
telah melemparkan butir bebatuan,
pada tenangnya permukaan kolam di taman,

andaikan.........
kemarin... ada keberanian menyampaikan rangkai bebungaan,
ketika perjumpaan atau perpisahan,
maka.....
ingin-ku sematkan setangkai pada merah hijabmu.

andaikan........
kini...... ada pelangi membentang sebagai jembatan,
antara ”MERAPI – BUKIT BARISAN”,
maka.....
ingin-ku...meniti jejak hingga ke ”kota”-mu,

andaikan........
kini......ada burung mengantarkan sejumput harapan,
yang dulu pernah tertebarkan,
maka.....
ingin-ku...ikat sertakan sebagai hiasan pada langkah kakimu,

- untuk aan -

ANDAI........KAN...... (bagian pertama)



tak ada lagi ‘kata’ diungkapkan,
tak perlu lagi ‘nada’ diiramakan,

‘tuk jelaskan…..mengapa ia………

sosok gambarnya menebarkan nyanyi,
sorot tatapnya memendarkan harmoni,
samar bayangnya memancarkan memori,
suara ucapnya memaparkan puisi,

ah….andai....kan mewujud nyata…..

dapat menjumput sepenggal sejuk senyum-mu,
maka– kan ku-tambat lekat pada ruang rinduku;

andai....kan…..

dapat membaur menjadi langit ‘kota’-mu,
maka– kan ku-naungi gemulai lambai hijabmu;

andai....kan…..

dapat melebur sebagai air ‘sungai-musi’-mu,
maka– kan ku-aliri gerak jejak langkahmu;


= untuk memenuhi permintaan seseorang di palembang