JANGAN-JANGAN
(MUHASABAH)
saat menafakuri...
bahwa bumi yang kita berada
hanyalah sebutir debu bagi semesta raya
bahwa hamparan hari-hari yang telah dan akan
terhiasi
bahwa lembaran buku-buku suratan yang telah dan
akan terlewati
hanyalah...
sehampiran sekedip mata
bagi perjalanan menuju kampung nan baka
sebagai pengantri yang menunggu pemanggilan
sebagai pengabdi yang bersiap memenuhi pengadilan
kini...
saat memuhasabah diri...
karena waktu tak pernah berbalik kembali
karena waktu tak pernah berhenti menanti
lalu bertanya....
jangan-jangan
kaki yang setiap saat melangkah ke tikar
persembahyangan
adalah juga kaki yang sama yang melangkah ke perkolusian
jangan-jangan
tangan yang setiap saat diangkat dalam takbir
mengagungkan Yang Esa
adalah juga tangan yang sama untuk mengambil hak
sesama
adalah juga tangan yang sama yang menancapkan
pagar-pagar perampasan
adalah juga tangan yang sama untuk mematok tugu tanda pencurangan
adalah juga tangan yang sama yang menerima penyuapan
adalah juga tangan yang sama untuk mereka-reka data dan angka dusta
adalah juga tangan yang sama yang menandatangani
kepalsuan nota
jangan-jangan
mata yang setiap saat tertuju ke tempat persujudan
adalah juga mata yang sama yang tertutup melihat
kemungkaran
jangan-jangan
mulut yang
setiap saat mengucap dzikir dan doa
adalah juga mulut yang sama yang bisu menyuarakan kebenaran
jangan-jangan
telunjuk pada tasyahud yang mengEsakanNya
adalah juga telunjuk yang sama untuk memerintahkan
kemunafikan
jangan-jangan
wajah yang menengok salam kekanan & kekiri
sebagai khidmat sesama insani
adalah wajah yang sama yang tidak lagi berbalut
empati
jangan-jangan
hati dan pikiran yang selalu ingin kusyu' ke Sang Maha
Penguasa
juga hati dan pikiran yang sama yang selalu berpaling
kepada dunia
......
Ya Tuhan yang Maha Segala
lindungi kami, dari habisnya usia
sebelum kami bersiap sedia bekalnya
jadikan wajah kami
saat kembali nanti
sebagai wajah yang berhias rona gembira
bukan wajah yang tertunduk hina